Aku akan bercerita tentang sebuah
keindahan. Keindahan dan keagungan suatu benda di area perpustakaan Bung Karno,
Blitar. Sebetulnya bukan benda baru, ya betul saja. Namun ada yang unik dan
dipercantik sedemikian rupa. Dia adalah “Gong Perdamaian” begitu tulisan yang
tertera di atasnya. Lalu apa istimewanya dibanding dulu?
Kant mengatakan, keindahan yang ada
dalam seni itu terdapat pada bentuknya. Yaitu keindahan “bentuk” yang dapat
ditangkap dan dirasakan melalui indera manusia.
Gong Perdamaian adalah keindahan
dalam karya seni seutuhnya. Suatu bentuk cipta manusia yang dihasilkan dari
penggalian konsep hingga pembuatan yang memerlukan perhitungan guna memperoleh
bentuk yang dinamis disetiap sisinya. Bentuk gong yang bundar terbuat dari
sepuhan besi dicampur almunium mampu memanjakan mata dan membuat hasrat untuk
meraba permukaan gong. Ornament yang ada dipermukaan gong menambah kesan tegas
namun agung.
Ornament yang ada di permukaan
tubuh “Gong Perdamaian” bukan sekedar ornament saja. Namun bendera negara
seluruh bangsa yang ada di bumi dan diakui secara hukum sebuah negara
terpampang disini. Suatu bentuk identitas guna menggambarkan perdamaian antar
bangsa dan bernegara perlu diciptakan. Saling mendukung dan menguatkan dalam
segi kemajuan ekonomi serta kesetaraan manusia menjadi cerminan penting.
Bendera itu disusun melingkar sesuai bentuk gong sebagai simbol satu kesatuan
yang tak pernah habis. Dan berputar seperti rotasi bumi untuk menciptakan
keseimbangan alam dan ekosistem yang ada di dalamnya.
Ornament yang kedua adalah simbol
dari keyakinan yang dianut dan diakui didunia. Disusun secara melingkar dengan
ukuran dan komposisi yang sama, warna yang sama. Menandakan bahwa tak ada
keyakinan yang beranggapan paling benar serta baik. Semuanya sama dan tak ada
yang buruk. Tuhan hanya satu namun di sembah dengan banyak cara dan disebut
dengan banyak nama sesuai keyakinan masing-masing tanpa merendahakan keyakinan
yang lain. Keyakinan adalah hal yang paling sering menjadi pemicu pertengkaran,
perebutan kekuasaan, bahkan hingga saling membunuh. Menganggap paling baik dan
yang tak sesuai dengan ajarannya adalah musuh. Bahkan beralasan membela Tuhan
atas nama agama atau keyakinan adalah hal yang tak patut dan tak terpuji.
Bagaimana bisa manusia membela Tuhan yang begitu Agung dan Maha segalanya. Dan
bagaimana bisa menganggap yang lain buruk? Alangkah indah dan bijak ketika
semua keyakinan saling berjabat tangan dan menopang satu sama lain.
Dibagian inti gong (tempat dipukul)
tergambar globel sebagai bentuk dunia yang bulat, dan indah ketika tak ada
peperangan dan perdamaian tercipta di seluruh negara yang ada di dunia. Gong Perdamaian di ikat diantara empat tiang penyangga dan gong
berada tepat ditengahnya. Mengingatkan pada ucapan orang Jawa. Sedulur papat,
lima pancer (empat saudara dan lima adalah kita sendiri sebagai pelengkap).
Atau bisa dimaknai sederhana dengan empat sehat, lima sempurna. Sebagai bentuk
kesempurnaan bahwa Gong Perdamaian menjadi simbol kesempurnaan hidup bernegara
dan berbangsa. Rakyat yang damai menjadi cermin keadilan dan kesejahteraan
dalam suatu bangsa. Tentu hal ini yang ingin dicapai seluruh negara.
Sebelah kanan dan kiri “Gong
Perdamaian” ada gunungan besar yang menancap kokoh. Bahannya yang terbuat dari
lempengan besi dibalut dengan almunium membuat mata cukup silau melihatnya.
Gunungan atau Kekayon dalam bahasa wewayangan memiliki arti awal kehidupan.
Bisa juga awal dari segala permulaan yang ada. Ini menyimbolkan bahwa hidup
damai, rukun, dan saling bertoleransi menjadi landasan utama yang tak bisa
dielakan apalagi dipungkiri. Warna emas yang menyelimuti kedua gunungan adalah
simbol kejayaan dan rasa keagungan yang tanpa batas. Hal ini tentu perdamaian
adalah hal yang agung dan menunjukan bangsa yang jaya dan menghargai pendapat
serta hak rakyatnya bahkan negara lainnya.
Indonesia sebagai salah satu negara
yang mendukung perdamaian dunia membuat simbol ini sebagai bentuk nyata bahwa
perdamaian wajib di nyatakan dan disuarakan guna melindungi hak dan kewajiban
setiap warga negara. Sedangkan pemilihan simbol alat gamelan (gong) dan ikon
wewayang (Kekayon) memiliki arti “jadilah manusia dan negara yang Jawani
(memahami,mengerti, dan melaksanakan) kepentingan bersama bukan arogan dalam
segala hal”.
Begitulan cerita keindahan yang aku
tangkap dari “Gong Perdamaian” yang berdiri kokoh diantara dua kekayon yang
berdiri tegak menantang langit biru. Salam perdamaian dari bumi Bung Karno,
Blitar, Jawa Timur.
selayang pandang
Bali Latar #2 JAGONGAN