Selasa, 09 Juni 2015

Pesan Sederhana dari Gong Perdamaian


Aku akan bercerita tentang sebuah keindahan. Keindahan dan keagungan suatu benda di area perpustakaan Bung Karno, Blitar. Sebetulnya bukan benda baru, ya betul saja. Namun ada yang unik dan dipercantik sedemikian rupa. Dia adalah “Gong Perdamaian” begitu tulisan yang tertera di atasnya. Lalu apa istimewanya dibanding dulu?


Kant mengatakan, keindahan yang ada dalam seni itu terdapat pada bentuknya. Yaitu keindahan “bentuk” yang dapat ditangkap dan dirasakan melalui indera manusia.

Gong Perdamaian adalah keindahan dalam karya seni seutuhnya. Suatu bentuk cipta manusia yang dihasilkan dari penggalian konsep hingga pembuatan yang memerlukan perhitungan guna memperoleh bentuk yang dinamis disetiap sisinya. Bentuk gong yang bundar terbuat dari sepuhan besi dicampur almunium mampu memanjakan mata dan membuat hasrat untuk meraba permukaan gong. Ornament yang ada dipermukaan gong menambah kesan tegas namun agung.

Ornament yang ada di permukaan tubuh “Gong Perdamaian” bukan sekedar ornament saja. Namun bendera negara seluruh bangsa yang ada di bumi dan diakui secara hukum sebuah negara terpampang disini. Suatu bentuk identitas guna menggambarkan perdamaian antar bangsa dan bernegara perlu diciptakan. Saling mendukung dan menguatkan dalam segi kemajuan ekonomi serta kesetaraan manusia menjadi cerminan penting. Bendera itu disusun melingkar sesuai bentuk gong sebagai simbol satu kesatuan yang tak pernah habis. Dan berputar seperti rotasi bumi untuk menciptakan keseimbangan alam dan ekosistem yang ada di dalamnya.

Ornament yang kedua adalah simbol dari keyakinan yang dianut dan diakui didunia. Disusun secara melingkar dengan ukuran dan komposisi yang sama, warna yang sama. Menandakan bahwa tak ada keyakinan yang beranggapan paling benar serta baik. Semuanya sama dan tak ada yang buruk. Tuhan hanya satu namun di sembah dengan banyak cara dan disebut dengan banyak nama sesuai keyakinan masing-masing tanpa merendahakan keyakinan yang lain. Keyakinan adalah hal yang paling sering menjadi pemicu pertengkaran, perebutan kekuasaan, bahkan hingga saling membunuh. Menganggap paling baik dan yang tak sesuai dengan ajarannya adalah musuh. Bahkan beralasan membela Tuhan atas nama agama atau keyakinan adalah hal yang tak patut dan tak terpuji. Bagaimana bisa manusia membela Tuhan yang begitu Agung dan Maha segalanya. Dan bagaimana bisa menganggap yang lain buruk? Alangkah indah dan bijak ketika semua keyakinan saling berjabat tangan dan menopang satu sama lain.

Dibagian inti gong (tempat dipukul) tergambar globel sebagai bentuk dunia yang bulat, dan indah ketika tak ada peperangan dan perdamaian tercipta di seluruh negara yang ada di dunia. Gong Perdamaian di ikat  diantara empat tiang penyangga dan gong berada tepat ditengahnya. Mengingatkan pada ucapan orang Jawa. Sedulur papat, lima pancer (empat saudara dan lima adalah kita sendiri sebagai pelengkap). Atau bisa dimaknai sederhana dengan empat sehat, lima sempurna. Sebagai bentuk kesempurnaan bahwa Gong Perdamaian menjadi simbol kesempurnaan hidup bernegara dan berbangsa. Rakyat yang damai menjadi cermin keadilan dan kesejahteraan dalam suatu bangsa. Tentu hal ini yang ingin dicapai seluruh negara.

Sebelah kanan dan kiri “Gong Perdamaian” ada gunungan besar yang menancap kokoh. Bahannya yang terbuat dari lempengan besi dibalut dengan almunium membuat mata cukup silau melihatnya. Gunungan atau Kekayon dalam bahasa wewayangan memiliki arti awal kehidupan. Bisa juga awal dari segala permulaan yang ada. Ini menyimbolkan bahwa hidup damai, rukun, dan saling bertoleransi menjadi landasan utama yang tak bisa dielakan apalagi dipungkiri. Warna emas yang menyelimuti kedua gunungan adalah simbol kejayaan dan rasa keagungan yang tanpa batas. Hal ini tentu perdamaian adalah hal yang agung dan menunjukan bangsa yang jaya dan menghargai pendapat serta hak rakyatnya bahkan negara lainnya.

Indonesia sebagai salah satu negara yang mendukung perdamaian dunia membuat simbol ini sebagai bentuk nyata bahwa perdamaian wajib di nyatakan dan disuarakan guna melindungi hak dan kewajiban setiap warga negara. Sedangkan pemilihan simbol alat gamelan (gong) dan ikon wewayang (Kekayon) memiliki arti “jadilah manusia dan negara yang Jawani (memahami,mengerti, dan melaksanakan) kepentingan bersama bukan arogan dalam segala hal”.

Begitulan cerita keindahan yang aku tangkap dari “Gong Perdamaian” yang berdiri kokoh diantara dua kekayon yang berdiri tegak menantang langit biru. Salam perdamaian dari bumi Bung Karno, Blitar, Jawa Timur.


selayang pandang

Bali Latar #2 JAGONGAN












Tidak ada komentar:

Posting Komentar