Selasa, 07 April 2015

Tenggelamnya rampogan macan Blitar

Sejarah adalah akta kelahiran, negara asal adalah ibunya begitu juga dengan banyak sekali sejarah Blitar yang masih terkubur, sebagai generasi pelurus bukanlah generasi penerus kesalahan, kita harus menggali untuk menjadi acuan pembangunan di masa yang akan datang dan salah satu sejarah budaya yang harus kita ketahui serta kita gali yaitu rampogan macan.

Secara etimologis Rampogan Macan terdiri dari dua kata yaitu Rampogan yang artinya “rayahan” atau “rebutan” dan Macan atau Harimau, bila diartikan secara keseluruhan maka Rampogan Macan adalah sebuah kegiatan “rebutan” Macan untuk dibunuh secara beramai-ramai dengan menggunakan tombak.              .                                                  .

Secara filosofis Rampogan Macan memiliki makna yang beragam. Di Karaton Surakarta Hadiningrat, kegiatan Rampogan Macan diselenggarakan untuk menyambut tamu-tamu kehormatan maupun para pejabat dari Belanda, sehingga secara tersirat kegiatan ini ditujukan untuk memperlihatkan bahwa kekuatan rakyat dapat mengalahkan kekuasaan para penjajah yang dilambangkan dalam bentuk Macan. Di kalangan para prajurit dan masyarakat kegiatan Rampogan Macan justru dijadikan ajang unjuk kekuatan dan keberanian dalam menghadapi Macan yang buas dan berbahaya (gladiator jawa).                                            .

Berbeda dengan di Karaton Surakarta Hadiningrat, perhelatan Rampogan Macan yang diselenggarakan di Blitar diadakan sebagai sebuah kegiatan budaya untuk menghibur dan meramaikan Hari Raya Idul Fitri (pada tahun 1901). Karena melibatkan banyak orang, maka acara ini tidak cuma sekedar sebagai sebuah acara hiburan semata, tetapi kegiatan ini juga menjadi ajang silaturahmi .

Perhelatan Rampogan Macan merupakan sebuah kegiatan yang mulai diadakan pada tahun 1890 di Karaton Surakarta Hadiningrat dan dilarang pada tahun 1905 pada masa pemerintahan Inggris oleh Raffles yang pada saat itu menjabat sebagai Gubernur Jendral. 

Dengan dilarangnya kegiatan rampogan macan pada saat itu, secara langsung budaya rampogan macan berhenti hingga saat. Kesulitan akan bukti visual kegiatan rampogan macan membuat beberapa sejarawan dan budayawan kesulitan rekontruksi ulang budaya ini, tetapi masih ada bebrapa pengembang media kreatif yang membuat rampogan macan dalam bentuk cerita komik dan tari kontemporer sehingga jejak-jejak sejarahnya masih bisa di pelajari oleh generasi saat ini.















Tidak ada komentar:

Posting Komentar